5. Riwayat
Sejarah Kisah Nabi Saleh AS
kisah Nabi Saleh AS, baiklah kali ini saya akan membahas kisah Nabi Saleh AS
pada zaman rasul. yuk kita lanjut cerita ke nabi kita Shaleh As.Tsamud adalah
nama suatu suku yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bagian dari bangsa
Arab dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka
bertempat tinggal di suatu dataran bernama ” Alhijir ” terletak antara Hijaz
dan Syam yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis
binasa disapu angin taufan yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas
pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu
dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum
Tsamud.Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil berlimpah ruah,
binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag
indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan
dipahatnya dari gunung. Semuanya itu menjadikan mereka hidup tenteram ,
sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahwa
kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan
Mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya mereka
berqurban, tempat merekaminta perlindungan dari segala bala dan musibah dan
mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan. Mereka tidak dpt melihat atau
memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt mrk jangkau dengan pancaindera.
Nabi Saleh Berdakwah Kepada Kaum
Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
tidak akan membiarkan hamba-hamba_Nya berada dalam kegelapan terus-menerus
tanpa diutusnya nabi pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin
mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar. Demikian pula
Allah tidak akan menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum
mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara
seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini
berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah diutuskan Nabi Saleh
seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka sendiri, dari keluarga
yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik pandai,
rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Nabi Shaleh memperkenalkan kepada Tuhan
yang sepatut mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta
mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur
yang menghasilkan bahan keperluan hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang
memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada
mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan
batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung
yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi
sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Shaleh memperingatkan mereka
bahwa ia adalah seorang daripada mereka , terjalin antara dirinya dan mereka
ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia
adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka.Ia mengharapkan kebaikan dan
kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam
hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia
menerangkan kepada mereka bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa
yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia
sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup mereka dan
sesudah mereka mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya
mempertimbangkan dan memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan
anjurkan dan agar meeka segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala
itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon
ampun kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mereka
lakukan.Allah maha dekat kepada mereka mendengarkan doa mereka dan memberi
ampun kepada yang salah bila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Shaleh mendengar seruan
dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang
dari saudara atau anak mereka sendiri.Maka serentak ditolaklah ajakan Nabi
Shaleh itu seraya berkata mereka kepadanya:”Wahai Shaleh ! Kami mengenalmu
seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta
semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda
kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau
sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami
hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi
ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan.Akan
tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu
tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami?
Enkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang
kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi
sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu.Kami tidak mempercayai ucapan
kosongmu bahkan meragukan kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu.”
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar
jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang
telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera.
Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksa dan azab dari
Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa
itu dapat terjadi di atas mereka, jika mereka tidak mau menerima dakwahnya dan
mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang
anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut
upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah
yang ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan ganjaran
untuk usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang
kebanyakkannya terdiri dari orang-orang yang kedudukan sosial lemah menerima
dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar
terutamanya mrk yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras
kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Shaleh dan mengingkari
kenabiannya dan berkata kepadanya:” Wahai Shaleh! Kami kira bahwa engkau telah
kerasukan syaitan dan terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita
sakit gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau
dengan tidak sedar telah mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal
dan mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah
diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada
kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di
antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul
daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk
mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi
kaummu.Jika engkau merasa bahwa engkau sehat badan dan sihat fikiran dan
mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam
dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca
persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami tidak akan mengikuti jalanmu
dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih
dahulu.
Nabi Saleh menjawab: ” Aku telah
berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun
daripadamu sebagai imbalan atas usahaku memberi tuntunan dan penerangan kepada
kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi
usahaku ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya
kelak aku harapkan balasan dan ganjaran untuk itu. Dan bagaimana aku dapat
mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku
talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku.
Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar perintah Tuhanku
dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan
persembahan nenek moyang kamu yang bathil itu. Siapakah yang akan melindungiku
dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya
akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu.”
Setelah gagal dan berhasil menghentikan
usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang
mengikutinya dan berpihak kepadanya. Para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud
berusaha hendak membendung arus dakwahnya, yang makin lama makin mendapat
perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka
menentang Nabi Shaleh dan untuk membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu
bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar
kekuasaan manusia.
Allah Memberi Mukjizat Kepada Nabi
Shaleh A.S.
Nabi Shaleh sedar bahawa tentangan kaumnya
yang menuntut bukti daripanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak
menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata kaumnya
terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan mereka.
Nabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan mereka bila
ia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa mereka akan
meninggalkan agama dan persembahan mereka dan akan mengikuti Nabi Shaleh dan
beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk
pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Shaleh memohon kepada Allah agar
memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus
mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia
memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina
dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdpt di sisi sebuah
bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada unta yang
baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada
mereka:” Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan
biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai
giliran untuk mendptkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan
minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini.”Kemudian
berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa
mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah
perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada
hari-hari giliran unta Nabi Shaleh itu datang minum tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Shaleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan
mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam
usahanya untuk menjatuhkan kehormatan & menghilangkan pegaruh Nabi Shaleh
bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan
menghilang banyak keraguan dari kaumnya. Maka dihasutlah oleh mereka
pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya
unta Nabi Shaleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta
ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh Dibunuh
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang
dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi Shaleh. Dan selagi
orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam oleh Nabi Shaleh
bila untanya diganggu di samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk
melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang
janda bangsawan yang kaya raya menawarkan akan menyerahkan dirinya kepada siapa
yang dapat membunuh unta Shaleh. Di samping janda itu ada seorang wanita lain
yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan
salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta
itu.
Dua macam hadiah yyang menggiurkan dari
kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua orang
lelaki bernama Mushadda’ bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan
melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan
dan pujian yang akan diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi
Shaleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki, bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempatminum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki, bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya di lalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempatminum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah betisnya oleh Musadda’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah
para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Shaleh
yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin
seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang
gilang gemilang.
Mereka berkata kepada Nabi Shaleh:” Wahai Shaleh! Untamu telah amti dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Mereka berkata kepada Nabi Shaleh:” Wahai Shaleh! Untamu telah amti dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah talah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan taqdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Ada kemungkinan menurut sementara ahli
tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya Nabi Shaleh memberi waktu tiga hari itu
untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sedar akan dosanya dan bertaubat
minta ampun serta beriman kepada Nabi Shaleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Shaleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Shaleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya Azab Allah Yang Dijanjikan
Nabi Shaleh memberitahu kaumnya bahwa azab
Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan tanda-tanda, iaitu
pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidurnya akan menemui wajah
mereka menjadi kuning dan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam
pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Shaleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mereka mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Shaleh, jika diketahui identiti mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya kelompok sembilan orang ialah kelompok pembunuh unta merancang pembunuhan atas diri Nabi Shaleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.Mereka mengadakan pertemuan rahsia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Shaleh, jika diketahui identiti mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahsiakan sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Shaleh
bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gulita dan
sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak
diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika merebahkan mereka di
atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah
melindingi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir. Satu hari
sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah
berangkatlah Nabi Shaleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah,
sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum Tsamud
habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang
mengerikan
Nabi Shaleh Wafat
Nabi Saleh dan orang-orang yang beriman
bersamanya diselamatkan dari azab tersebut. Al-Alusi menceritakan orang yang
selamat bersama Nabi Saleh sebanyak 120 orang, sementara yang binasa 5000
orang. baginda Wafat di Nawahiyir Rimlah di Palestina
Kisah Nabi Shaleh Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Shaleh diceritakan oleh 72 ayat
dalam 11 surah di antaranya surah Al-A’raaf, ayat 73 hingga 79, surah ” Hud ”
ayat 61 sehingga ayat 68 dan surah ” Al-Qamar ” ayat 23 sehingga ayat 32.
Pelajaran Dari Kisah Nabi Shaleh A.S.
Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi
Saleh ini ialah bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok
kecil warga masyarakat dapat berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu
seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran
yang berlaku di depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan
terhadap perbuatan mungkar itu.
demikian kisah Nabi Saleh AS semoga bermanfaat.
demikian kisah Nabi Saleh AS semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar