21. Riwayat Sejarah Kisah Nabi Yunus AS
baiklah kali ini kita akan membahas mengenai kisah
Nabi Yunus AS pada zaman rasul
dulu. nah moga bermanfaat ya, ni kisah dari nabi and rasul kita yunus AS..
Beliau adalah Nabi yang mulia yang bemama Yunus bin Mata. Nabi Muhammad saw
berkata: "Janganlah kalian membanding-bandingkan aku atas Yunus bin
Mata."
Mereka menamakannya Yunus, Dzun Nun, dan Yunan. Beliau adalah seorang Nabi
yang mulia yang diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya. Beliau menasihati mereka
dan membimbing mereka ke jalan kebenaran dan kebaikan; beliau mengingatkan
mereka akan kedahsyatan hari kiamat dan menakut-nakuti mereka dengan neraka dan
mengiming-imingi mereka dengan surga; beliau memerintahkan mereka dengan
kebaikan dan mengajak mereka hanya menyembah kepada Allah SWT.
Nabi Yunus senantiasa menasihati kaumnya namun tidak ada seorang pun yang
beriman di antara mereka. Datanglah suatu hari kepada Nabi Yunus di mana beliau
merasakan keputusasaan dari kaumnya. Hatinya dipenuhi dengan perasaan marah
pada mereka namun mereka tidak beriman. Kemudian beliau keluar dalam keadaan
marah dan menetapkan untuk meninggalkan mereka. Allah SWT menceritakan hal itu
dalam firman-Nya:
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan
marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya)
maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang lalim.'" (QS. al-Anbiya': 87)
Tidak ada seorang pun yang mengetahui gejolak perasaan dalam diri Nabi
Yunus selain Allah SWT. Nabi Yunus tampak terpukul dan marah pada kaumnya.
Dalam keadaan demikian, beliau meninggalkan kaumnya. Beliau pergi ke tepi laut
dan menaiki perahu yang dapat memindahkannya ke tempat yang lain. Allah SWT
belum mengeluarkan keputusan-Nya untuk meninggalkan kaumnya atau bersikap putus
asa dari kaumnya. Yunus mengira bahwa Allah SWT tidak mungkin menurunkan
hukuman kepadanya karena ia meninggalkan kaumnya. Saat itu Nabi Yunus
seakan-akan lupa bahwa seorang nabi diperintah hanya untuk berdakwah di jalan
Allah SWT. Namun keberhasilan atau tidak keberhasilan dakwah tidak menjadi
tanggungjawabnya. Jadi, tugasnya hanya berdakwah di jalan Allah SWT dan
menyerahkan sepenuhnya masalah keberhasilan atau ketidakberhasilannya terhadap
Allah SWT semata.
Terdapat perahu yang berlabuh di pelabuhan kecil. Saat itu matahari tampak
akan tenggelam. Ombak memukul tepi pantai dan memecahkan batu-batuan. Nabi
Yunus melihat ikan kecil sedang berusaha untuk melawan ombak namun ia tidak
mengetahui apa yang dilakukan. Tiba-tiba datanglah ombak besar yang memukul
ikan itu dan menyebabkan ikan itu berbenturan dengan batu. Melihat kejadian
ini, Nabi Yunus merasakan kesedihan. Nabi Yunus berkata dalam dirinya:
"Seandainya ikan itu bersama ikan yang besar barangkali ia akan selamat.
Kemudian Nabi Yunus mengingat-ingat kembali keadaannya dan bagaimana beliau
meninggalkan kaumnya. Akhirnya, kemarahan dan kesedihan beliau bertambah.
Nabi Yunus pun menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Beliau tidak
mengetahui bahwa beliau lari dari ketentuan Allah SWT menuju ketentuan Allah
SWT yang lain; beliau tidak membawa makanan dan juga kantong yang berisi bawaan
atau perbekalan, dan tidak ada seorang pun dari teman-temannya yang
menemaninya; beliau benar-benar sendirian; beliau melangkahkan kakinya di atas
permukaan perahu.
Si nahkoda perahu bertanya kepadanya: "Apa yang engkau inginkan?"
Mendengar pertanyaan itu, Nabi Yunus pun bangkit: "Saya ingin untuk
bepergian dengan perahu-perahu kalian. Apakah kita berlayar dalam waktu yang
lama?" Nabi Yunus menampakkan suara yang penuh kemarahan, rasa takut, dan
kegelisahan. Nahkoda itu berkata sambil mengangkat kepalanya: "Kita akan
berlayar meskipun air tampak sedang pasang." Nabi Yunus berkata dengan
mencoba sabar dan menyembunyikan kegelisahannya: "Tidakkah engkau
mendahului agar jangan sampai pasang itu terjadi wahai tuanku?" Si nahkoda
berkata: "Laut kita biasanya terkena pasang, maka ia akan segera mereda
ketika melihat seorang musafir yang mulia." Yunus bertanya: "Aku akan
pergi bersama kalian dan berapa ongkos perjalanan?" Si nahkoda menjawab:
"Kami tidak menerima ongkos selain emas." Yunus berkata: "Tidak
jadi masalah."
Nahkoda itu memperhatikan Nabi Yunus. Ia adalah seorang yang berpengalaman
di mana ia sering mondar-mandir dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain.
Seringnya ia mengunjungi suatu tempat ke tempat yang lain menjadikannya seorang
lelaki yang mampu menangkap perasaan manusia. Nahkoda itu merasakan dan
mengetahui bahwa Nabi Yunus lari dari sesuatu. Nahkoda itu membayangkan bahwa
Nabi Yunus melakukan suatu kesalahan tetapi ia tidak berani untuk mengungkapkan
kesalahan kepada pelakunya kecuali jika pelakunya seorang yang bangkrut. Ia
meminta kepada Nabi Yunus untuk membayar ongkos sebanyak tiga kali lipat dari
vang biasa dibayar musafir. Nabi Yunus saat itu merasakan kesempitan dalam
dadanya dan diliputi dengan kemarahan yang keras dan keinginan kuat untuk
meninggalkan negerinya sehingga ia pun memberikan apa yang diminta oleh si
nahkoda.
Nahkoda itu memperhatikan kepingan-kepingan emas yang ada di tangannya dan
ia menggigit sebagaiannya dengan giginya. Barangkali ia akan menemukan potongan
emas yang palsu namun ia tidak menemukannya. Nabi Yunus hanya berdiri
menyaksikan semua itu sementara dadanya tampak terombang-ambing: terkadang naik
dan terkadang turun laksana ayunan. Nabi Yunus berkata: "Tuanku tentukan
bagiku kamarku. Aku tampak letih dan ingin istirahat sebentar." Si nahkoda
berkata: "Memang itu tampak di raut wajahmu. Itu kamarmu," sambil ia
menunjuk dengan tangannya. Kemudian Nabi Yunus membaringkan diri di atas kasur
dan beliau berusaha untuk tidur tetapi usahanya itu sia-sia. Adalah gambar ikan
kecil yang hancur berbenturan dengan batu menyebabkan beliau tidak dapat tidur
dengan tenang. Nabi Yunus merasakan bahwa atap kamar akan jatuh menimpa
dirinya. Akhirnya, Nabi Yunus tidur di atas kasurnya di mana kedua bola matanya
berputar-putar di atas atap kamar tetapi pandangan-pandangannya yang gelisah
itu tidak menemukan tempat perlindungan. Tempat tinggalnya di kamar itu dan
atapnya dan sisi-sisinya tampak semuanya akan runtuh. Nabi Yunus pun mulai
mengeluh dan berkata: "Demikian juga hatiku yang tergantung dalam
jiwaku."
Demikianlah, terjadi suatu pergulatan penderitaan yang hebat dalam diri
Nabi Yunus saat ia terbaring di atas ranjangnya. Penderitaan yang keras cukup
memberatkannya sehingga beliau pun bangkit kembali dari tempat tidurnya tanpa
sebab yang dapat dipahami. Dan tibalah waktu pasang. Perahu melemparkan
tali-talinya. Kemudian perahu itu berjalan sepanjang siang dan ia memecah
airnya dengan tenang, dan angin pun bertiup padanya dengan sangat lembut dan
baik. Lalu kegelapan menyelimuti perahu itu dan
tiba-tiba lautan pun berubah. Bertiuplah angin yang cukup kencang yang sangat
mengerikan yang nyaris menghancurkan perahu dan bergolaklah ombak yang cukup
dahsyat laksana orang yang kehilangan akalnya. Ombak itu meninggi bagaikan
gunung dan menurun bagaikan lembah.
Mulailah gelombang ombak menyapu permukaan perahu sehingga para awak perahu
itu pun mulai terkena air. Dan di belakang perahu itu terdapat ikan paus yang
besar yang mulai mengintai. Ia membuka mulutnya. Kemudian terdapat perintah
kepada ikan paus itu untuk bergerak menuju permukaan laut. Ikan paus itu
menaati perintah dari Allah SWT dan ia segera menuju permukaan laut. Ia mulai
mengikuti perahu itu sebagaimana perintah yang diterimanya. Angin yang keras
tetap bertiup kemudian kepala perahu mengisyaratkan dengan tangannya agar beban
perahu dikurangi. Dan angin semakin bertiup kencang. Sementara itu, Nabi Yunus
merasakan ketakutan. Dalam tidurnya beliau melihat segala sesuatu berguncang di
kamarnya. Beliau berusaha berdiri tegak, tetapi tidak mampu. Kemudian kepala
perahu berteriak dan berkata: "Sungguh angin kencang bertiup tidak seperti
biasanya. Bersama kita seseorang lelaki yang salah sehingga karenanya angin ini
bertiup dengan kencang. Kita akan melakukan undian pada semua awak. Barangsiapa
yang namanya keluar kami akan membuangnya ke lautan."
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang
biasa dilakukan oleh awak perahu jika mereka menghadapi angin yang keras.
Tetapi saat itu beliau terpaksa harus meng-ikutinya. Episode penderitaan Nabi
Yunus akan dimulai. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia tetapi harus tunduk
pada hukum ala berhala yang menganggap bahwa lautan mempunyai tuhan. Dengan
kepercayaan itu, mereka meyakini bahwa bertiupnya angin yang kencang akibat
murka dari tuhan. Oleh karena itu, harus diadakan upaya untuk menenangkan dan
memuaskan tuhan-tuhan yang mereka yakini itu. Nabi Yunus pun terpaksa mengikuti
undian itu. Nama beliau dimasukkan bersama dengan nama penumpang lainya, dan
dilakukanlah undian. Yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang
kedua, dan kali ini pun yang keluar nama Nabi Yunus. Akhirnya, diadakan undian
yang ketiga. Lagi-lagi yang keluar nama Nabi Yunus. Kemudian ditetapkan bahwa
Nabi Yunus harus dibuang ke lautan. Saat itu para awak penumpang memperhatikan
Nabi Yunus. Nabi Yunus mengetahui bahwa beliau berbuat kesalahan ketika
meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Nabi Yunus mengira bahwa Allah SWT
tidak akan menurunkan hukuman padanya. Namun ia dianggap salah karena
meninggalkan kaumnya tanpa izin-Nya. Allah SWT memberikan pelajaran kepadanya.
Nabi Yunus berdiri di samping perahu dan melihat lautan yang dipenuhi
dengan ombak yang mengerikan. Dunia saat itu gelap dan di sana tidak ada cahaya
bulan. Bintang-bintang bersembunyi di balik kegelapan. Warna air tampak gelap
dan hawa dingin menembus tulang. Alhasil, air menutupi segala sesuatu. Kemudian
nahkoda perahu berteriak: "Lompatlah wahai musafir yang misterius."
Tiupan angin semakin kencang. Nabi Yunus berusaha menjaga keseimbangannya, dan
beliau menampakkan keberaniannya saat ingin terjun ke lautan. Nabi Yunus pun
terjun dan berada di permukaan lautan laksana sampang yang mengambang. Ikan
paus berada di depannya. Ikan itu mulai tersenyum karena Allah SWT telah
mengirim padanya makanan malam. Kemudian ikan itu menangkap Nabi Yunus di
tengah-tengah ombak. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Ikan itu
kembali dalam keadaaan puas setelah memenuhi perutnya.
Nabi Yunus sangat terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut ikan. Ikan
itu membawanya ke dasar lautan dan lautan membawanya ke kegelapan malam. Tiga
kegelapan: kegelapan di dalam perut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan
kegelapan malam. Nabi Yunus merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba
menggerakan panca inderanya dan anggota tubuhnya masih bergerak. Kalau begitu,
beliau masih hidup. Beliau terpenjara dalam tiga kegelapan.
Yunus mulai menangis dan bertasbih kepada Allah. Beliau mulai melakukan
perjalanan menuju Allah saat beliau terpenjara di dalam tiga kegelapan. Hatinya
mulai bergerak untuk bertasbih kepada Allah, dan lisannya pun mulai
mengikutinya. Beliau mengatakan: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah.
Wahai Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri
sendiri." (QS. Hud: 87)
Ketika terpenjara di perut ikan, beliau tetap bertasbih kepada Allah SWT. Ikan itu sendiri
tampak kelelahan saat harus berenang cukup jauh. Kemudian ikan itu tertidur di
dasar lautan. Sementara itu, Nabi Yunus masih bertasbih kepada Allah SWT.
Beliau tidak henti-hentinya bertasbih dan tidak henti-hentinya menangis. Beliau
tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Beliau berpuasa dan berbuka
dengan tasbih. Ikan-ikan yang lain dan tumbuh-tumbuhan dan semua makhluk yang
hidup di dasar lautan mendengar tasbih Nabi
Yunus. Tasbih itu berasal dari perut ikan paus
ini. Kemudian semua makhluk-makhluk itu berkumpul di sekitar ikan paus itu dan
mereka pun ikut bertasbih kepada Allah SWT. Setiap dari mereka bertasbih dengan
caranya dan bahasanya sendiri.
Ikan paus yang memakan Nabi Yunus itu terbangun dan mendengar suara-suara
tasbih begitu riuh dan gemuruh. Ia menyaksikan di dasar lautan terjadi suatu
perayaan besar yang dihadiri oleh ikan-ikan dan hewan-hewan lainya, bahkan
batu-batuan dan pasir semuanya bertasbih kepada Allah SWT dan ia pun tidak
ketinggalan ikut serta bersama mereka bertasbih kepada Allah SWT. Dan ia mulai
menyadari bahwa ia sedang menelan seorang Nabi. Ikan paus itu merasakan
ketakutan tetapi ia berkata dalam dirinya mengapa aku takut? Bukankah Allah SWT
yang memerintahkan aku untuk memakannya. Nabi Yunus tetap tinggal di perut ikan
selama beberapa waktu yang kita tidak mengetahui batasannya. Selama itu juga
beliau selalu memenuhi hatinya dengan bertasbih kepada Allah SWT dan selalu
menampakkan penyesalan dan menangis: "Tiada Tuhan selain Engkau ya Allah
Yang Maha Suci. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri
sendiri." Allah SWT melihat ketulusan taubat Nabi Yunus. Allah SWT
mendengar tasbihnya di dalam perut ikan. Kemudian Allah SWT menurunkan perintah
kepada ikan itu agar mengeluarkan Yunus ke permukaan laut dan membuangnya di
suatu pulau yang ditentukan oleh Allah SWT.
Ikan itu pun menaati perintah Ilahi. Tubuh Nabi Yunus merasakan kepanasan
di perut ikan. Beliau tampak sakit, lalu matahari bersinar dan menyentuh
badannya yang kepanasan itu. Beliau berteriak karena tidak kuatnya menahan rasa
sakit namun beliau mampu menahan diri dan kembali bertasbih. Kemudian Allah SWT
menumbuhkan pohon Yaqthin, yaitu pohon yang daun-daunnya lebar yang dapat
melindungi dari sinar matahari. Dan Allah SWT menyembuhkannya dan
mengampuninya. Allah SWT memberitahunya bahwa kalau bukan karena tasbih yang
diucapkannya niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan sampai hari kiamat.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Yunus beriar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah)
ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia
termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ihan besar
dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang
banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai
hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia
dalam keadaan sakit. Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon
dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus orang atau lebih. Lalu mereka
beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga
waktu yang tertentu." (QS. ash-Shaffat: 139-148)
"Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu mereka menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: 'Bahwa tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku adalah orang-orang yang lalim.' Maka Kami telah memperkenankan doanya dan
menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang
yang beriman." (QS. al-Anbiya': 87-88)
Kita sekarang ingin membahas
masalah yang menurut ulama disebut sebagai dosa Nabi Yunus. Apakah Nabi Yunus
melakukan suatu dosa dalam pengertian yang hakiki, dan apakah para nabi memang
berdosa? Jawabannya adalah: Para nabi adalah
orang-orang yang maksum tetapi kemaksuman ini tidak berarti bahwa mereka tidak
melakukan sesuatu yang menurut Allah SWT itu pantas mendapatkan celaan
(hukuman). Jadi masalahnya agak relatif. Menurut orang-orang yang dekat dengan
Allah SWT: Kebaikkan orang-orang yang baik dianggap keburukaan bagi
al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT). Ini memang
benar. Sekarang, marilah kita amati kasus Nabi Yunus. Beliau meninggalkan
desanya yang banyak dipenuhi oleh orang-orang vang menentang. Seandainya ini
dilakukan oleh orang biasa atau oleh orang yang saleh selain Nabi Yunus maka
hal itu merupakan suatu kebaikan dan karenanya ia diberi pahala. Sebab, ia
berusaha menyelamatkan agamanya dari kaum yang durhaka. Tetapi Nabi Yunus
adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada mereka. Seharusnya ia
menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT dan ia tidak peduli dengan hasil
dakwahnya. Tugas beliau hanya sekadar menyampaikan agama. Keluarnya beliau dari
desa itu— dalam kacamata para nabi—adalah hal yang mengharuskan datangnya
pelajaran dari Allah SWT dan hukuman-Nya padanya.
Allah SWT memberikan suatu pelajaran kepada Yunus dalam hal dakwah di
jalan-Nya. Allah SWT mengutusnya hanya untuk berdakwah. Inilah batasan
dakwahnya dan beliau tidak perlu peduli dengan kaumnya yang tidak mengikutinya
dan karena itu beliau tidak harus menjadi sedih dan marah. Nabi Luth tetap
tinggal di kaumnya meskipun selama bertahun-tahun berdakwah beliau tidak
mendapati seorang pun beriman. Meskipun demikan, Nabi Luth tidak meninggalkan
mereka. Ia tidak lari dari keluarganya dan dari desanya. Beliau tetap berdakwah
di jalan Allah SWT sehingga datang perintah Allah SWT melalui para malaikat-Nya
yang mengizinkan beliau untuk pergi. Saat itulah beliau pergi. Seandainya
beliau pergi sebelumnya niscaya beliau akan mendapatkan siksaan seperti yang
diterima oleh Nabi Yunus. Jadi, Nabi Yunus keluar tanpa izin. Lalu perhatikan
apa yang terjadi pada kaumnya. Mereka telah beriman setelah keluamya Nabi
Yunus. Allah SWT berfirman:
"Dan mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang beriman, lalu imannya
itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu)
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu."
(QS. Yunus: 98)
Demikianlah, desa Nabi Yunus beriman. Seandainya ia tetap tinggal bersama
mereka niscaya ia akan mengetahuinya dan hatinya menjadi tenang serta
kemarahannya akan menjadi hilang. Tampaknya beliau tergesa-gesa dan tentu
sikap tergesa-gesa ini berangkat dari keinginannya agar manusia beriman. Usaha
Nabi Yunus untuk meninggalkan mereka adalah sebagai ungkapan kebenciannya
kepada mereka atas ketidakimanan mereka. Maka Allah SWT menghukumnya dan
mengajarinya bahwa tugas seorang nabi hanya menyampaikan agama. Seorang nabi
tidak dibebani urusan keimanan manusia; seorang nabi tidak bertanggung jawab
atas pengingkaran manusia; dan seorang nabi tidak dapat memberikan hidayah
(petunjuk) kepada mereka.
sekian dari kisah Nabi Yunus AS semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar