22. Riwayat Sejarah Kisah Nabi Zakaria AS
baiklah kali ini kita akan membahas kisah Nabi Zakaria AS waktu zaman
rasul dulu..
Nah ni kisah nabi dan rasul kita..moga ni
brmanfaat ya..
Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria adalah
masa yang aneh di mana banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan dan
saling bertentangan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam.
Keimanan kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis,
sedangkan kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan dengan
mesjid itu. Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang bertentangan
mesti saling berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan, cahaya dengan
kegelapan, kebenaran dengan kebohongan, para nabi dengan para pembangkang.
Alhasil, segala sesuatu berhadapan untuk
mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat seorang nabi dan
seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud adalah Zakaria sedangkan seorang
alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di tengah-tengah manusia
adalah Imran. Imran adalah seorang suami dan istrinya sangat berharap untuk
melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah istri Imran untuk
memberikan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan yang ada di
sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat seekor burung yang
memberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan memberinya minum. Burung itu
melindungi anaknya di bawah sayapnya karena khawatir dari kedinginan. Ketika
melihat pemandangan itu, istri Imran berharap agar Allah SWT memberinya anak.
Ia mengangkat tangannya dan mulai berdoa agar Allah SWT menganugerahinya
seorang anak lelaki. Allah SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa
bahwa ia sedang hamil lalu kegembiraan menyelimutinya dan ia bersMikur kepada
Allah SWT:
"(Ingatlah) ketika istri Imran
berkata: 'Ya Tuhanhu, sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau anak yang
dalam kandunganku menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis).
Karena itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)
Ia bernazar agar anaknya menjadi seorang
pembantu di mesjid sepanjang hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan
mengabdi kepada rumah-Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri
Imran melahirkan seorang anak perempuan. Istri itu merasa terkejut karena ia
menginginkan seorang anak lelaki yang dapat mengabdi untuk mesjid dan beribadah
di dalamnya. Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap
menjalankan nazarnya, meskipun anak lelaki bukan seperti anak perempuan:
"Maka tatkala istri Imran melahirkan
anaknya, dia pun berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang
anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak
laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia
Maryam." (QS. Ali Imran: 36)
Allah SWT mendengar doa istri Imran; Allah
SWT mendengar apa yang kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri kita,
bahkan apa yang kita inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak melakukannya.
Semua itu diketahui oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran
memberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT lebih
mengetahui tentang anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilihkan jenis
kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan anak laki-laki atau perempuan.
Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya agar Dia menjaga anak
perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga menjaga keturunannya dari setan
yang terkutuk:
"Dan aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk. maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang
baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria
pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)
Allah SWT mengkabulakn doa istri Imran dan
ibu Maryam. Allah SWT menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan
memberinya keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk
menjadikan perempuan ini sebagai wanita terbaik di muka bumi dan menjadikan ibu
dari seorang nabi yang kelahirannya merupakan mukjizat terbesar seperti
kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa seorang ayah atau ibu, sedangkan
Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa berasal dari ibu yang suci yang
belum menikah, yang belum disentuh oleh manusia.
Mula-mula kelahiran Maryam mendatangkan
sedikit problem. Imran telah mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di
zaman itu dan para pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba
untuk mendapatkan kemuliaan ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang
lelaki besar vang mereka hormati. Zakaria berkata: "Biarkan aku yang
mengasuhnya karena ia adalah kerabat dekatku. Istriku adalah bibinya dan aku
adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku lebih utama daripada kalian untuk
mengasuhnya." Lalu para ulama dan para guru berkata: "Mengapa tidak
seorang di antara kami yang mengasuhnya. Kami tidak akan membiarkan engkau
mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami." Hampir saja mereka
berselisih dan bertarung kalau seandainya mereka tidak menyepakati diadakannya
undian. Yakni, seseorang yang mendapatkan undian, maka itulah yang akan
mengasuh Maryam.
Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di
atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin
mengasuhnya. Kemudian mereka menghadirkan anak kecil lalu anak kecil itu
mengeluarkan pena Zakaria. Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan agar aku
mengasuhnya." Para ulama dan para Syekh berkata: "Tidak, undian harus
dilakukan tiga kali." Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua.
Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan
melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menantang arus,
itulah yang menang:
"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka,
ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di
antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka
bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)
Mereka pun melemparkan pena-pena mereka di
sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria yang
menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka bersikeras
untuk mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: "Kita akan
melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus, maka
itulah yang akan mengasuh Maryam." Mereka pun melemparkan pena-pena mereka dan semua
berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria. Akhirnya, mereka menyerah kepada
Zakaria dan mereka menyerahkan anak itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya.
Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya sampai
ia dewasa. Maryam memiliki tempat khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu
mihrab yang di situ ia beribadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia
selalu beribadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan
menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di
mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu
yang mencengangkan. Saat itu musim panas tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat
Maryam buah-buahan musim dingin, dan pada kesempatan yang lain ia menemui
buah-buahan musim panas sedangkan saat itu musim dingin. Zakaria bertanya
kepada Maryam: "Darimana datangnya rezeki ini?" Maryam menjawab:
"Bahwa itu berasal dari Allah SWT." Pemandangan seperti ini berulang
lebih dari sekali:
"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam
di mihrab, ia dapati makanan di sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)
Nabi Zakaria adalah seorang tua dan
rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa bahwa tidak lama lagi hidupnya akan
berakhir dan istrinya, bibi Maryam, adalah seseorang wanita tua sepertinya yang
belum melahirkan seseorang pun dalam hidupnya karena ia wanita yang mandul.
Nabi Zakaria menginginkan agar ia mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan
mewarisi ilmunya dan akan menjadi nabi yang dapat membimbing kaumnya dan
berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab Allah SWT.
Zakaria tidak menyampaikan keinginan ini
kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya, tetapi Allah SWT mengetahuinya
sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu Zakaria menemui Maryam di
mihrabnya, lalu ia mendapati buah-buahan yang sebenarnya sudah tidak musim.
Zakaria bertanya kepada Maryam:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan
itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya."
(QS. Ali 'Imran: 37-38)
Zakaria berkata pada dirinya Maha Suci
Allah SWT dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu kerinduan mulai
menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan keturunan. Nabi Zakaria berdoa
kepada Tuhannya:
"(Yang dibacakan ini adalah)
penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia
berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang
yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi
mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku, seorangyang diridahi. " (QS. Maryam: 2-6)
Nabi Zakaria meminta kepada Penciptanya
tanpa mengangkat suara keras-keras agar Dia memberinya seorang lelaki yang
mewarisi kenabian dan hikmah serta keutamaan dan ilmu. Nabi Zakaria khawatir
kaumnya akan tersesat setelahnya di mana tidak ada seorang nabi setelahnya.
Allah SWT mengkabulkan doa Zakaria. Belum lama Nabi Zakaria berdoa kepada Allah
SWT hingga malaikat memanggilnya saat ia salat di mihrab:
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami
memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya
Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan
dia." (QS. Maryam: 7)
Zakaria kaget dengan berita ini, bagaimana
ia dapat memiliki seorang anak. Karena saking gembiranya Zakaria sangat
terguncang dan dengan penuh keheranan ia bertanya:
"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak
bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri)
sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)
Ia heran bagaimana ia dapat melahirkan
sementara ia sudah tua dan istrinya pun wanita yang mandul:
"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.' Tuhan
berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan
kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS.
Maryam; 9)
Para malaikat memberitahunya bahwa ini
terjadi karena kehendak Allah SWT dan kehendak-Nya pasti terlaksana. Tidak ada
sesuatu pun yang sulit bagi Allah SWT. Segala sesuatu yang diinginkan di alam
wujud ini pasti terjadi. Allah SWT telah menciptakan Zakaria sebelumnya dan
beliau pun sebelumnya tidak pernah ada. Segala sesuatu diciptakan Allah SWT
hanya dengan kehendak-Nya:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia.
" (QS. Yasin: 82)
Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur
kepada Allah SWT dan ia pun memuji-Nya. Lalu ia meminta kepada Allah SWT agar
memberinya tanda-tanda:
"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah
suatu tanda.' Tuhan berfirman: 'Tanda bagimu adalah bahwa kamu tidak dapat
bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.' Maka ia
keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS.
Maryam: 10-11)
Allah
SWT memberitahunya bahwa akan terjadi tiga hari di mana di dalamnya ia tidak
mampu berbicara, padahal saat itu ia sehat-sehat saja tidak sakit. Jika hal ini
terjadi padanya, maka hendaklah ia yakin bahwa istrinya hamil dan bahwa
mukjizat Allah SWT benar-benar terwujud. Kemudian hendaklah saat itu ia
berbicara kepada manusia melalui isyarat dan banyak bertasbih kepada Allah SWT
di waktu pagi dan sore.
Zakaria keluar pada suatu hari kepada
manusia dan hatinya dipenuhi dengan syukur. Ia ingin berbicara dengan mereka
namun ia mengetahui bahwa ia tidak mampu berbicara. Zakaria mengetahui bahwa
mukjizat Allah SWT telah terwujud lalu ia mengisyaratkan kepada kaumnya agar
mereka bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore. Ia pun selalu
bertasbih kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria merasakan kegembiraan yang
sangat dalam. Malaikat memberitahunya tentang kelahiran seorang anak lelaki
yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama kalinya kita di hadapan
seorang anak yang ayahnya tidak memberikan nama kepadanya dan ibunya pun tidak
memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah yang memberinya nama. Dengan
kemuliaan yang agung ini, Allah SWT menyampaikan berita gembira kepada Zakaria
bahwa anaknya Yahya akan membenarkan kalimat Allah SWT dan akan menjadi seorang
yang mulia dan seorang Nabi dari orang-orang yang saleh.
Zakaria gemetar, karena saking gembiranya.
Air matanya mulai berlinangan dan jenggotnya yang putih mulai basah. Ia salat
kepada Allah SWT sebagai tanda syukur atas pengkabulan doanya dan kelahiran
Yahya.
sekian kisah Nabi
Zakaria AS semoga
bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar