7. Riwayat Sejarah Kisah Nabi Luth AS
kisah Nabi Luth AS,
baiklah sobat kali ini kita akan membahas kisah Nabi Luth AS pada zaman rasul,
Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang
bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia beriman
kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim mendampinginya dalam semua perjalanan dan
sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang
berhasil dengan baik binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu
yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam
tempat yang disediakan . Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang
ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bahagi dan berpisahlah Luth
dengan Ibrahim pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada
Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat
moralnya,rosak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan
yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermaharajalela dalam pergaulan hidup
mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di
mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan
perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas
hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan
lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu
bermaharajalela di dalam masyarakat sehinggakan ianya merupakan suatu
kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak
akan selamat dari diganggu oleh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang
berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak
menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu
seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi
rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan
sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa
bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa
keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth
sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan
,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan
berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah
meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan
kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada
mereka bahawa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak
meredhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan
tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahawa Allah akan memberi
ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal
soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan
mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman:
"Kaum Luth telah mendustakan
rasul-rasul. Ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka: Mengapa kamu
tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS.
asy-Syu'ara: 160-163)
Dengan kelembutan dan kasih sayang semacam ini, Nabi Luth
berdakwah kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah kepada
Allah SWT yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan melarang mereka untuk melakukan
kejahatan dan kekejian. Namun dakwah beliau berhadapan dengan hati yang keras
dan jiwa yang sakit serta penolakan yang berasal dari kesombongan.
Kaum Nabi Luth melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa
dilakukan oleh penjahat manapun. Mereka merampok dan berkhianat kepada sesama
teman serta berwasiat dalam kemungkaran. Bahkan catatan kejahatan mereka
ditambah dengan kejahatan baru yang belum pernah terjadi di muka bumi. Mereka memadamkan potensi kemanusiaan mereka
dan daya kreativiti yang ada dalam diri mereka. Yaitu kejahatan yang belum
pernah dilakukan seseorang pun sebelum mereka di mana mereka berhubungan seks
dengan sesama kaum lelaki (homo seks).
Allah SWT berfirman:
"Dan
(ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan keji itu sedang kamu melihat(nya). Mengapa kamu mendatangi
laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan mendatangi wanita? Sebenarnya kamu
adalah kaum yang tidak dapat mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS.
an-Naml: 54-55)
Nabi Luth menyampaikan dakwah kepada mereka
dengan penuh ketulusan dan kejujuran, namun apa gerangan jawapan dari kaumnya:
"Maka tidak
lain jawapan kaumnya melainkan mengatakan: 'Usirlah Luth beserta keluarganya
dari negerimu; kerana sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwahkan
dirinya) bersih.'" (QS. an-Naml: 56)
Mengapa mereka menjadikan sesuatu yang patut
dipuji menjadi sesuatu yang tercela yang kemudian harus diusir dan dikeluarkan.
Tampak bahawa jiwa kaum Nabi Luth benar-benar sakit dan mereka justru
menganiaya diri mereka sendiri serta bersikap angkuh terhadap kebenaran. Akhirnya,
kaum lelaki cenderung kepada sesama jenis mereka, bukan malah cenderung kepada
wanita. Sungguh aneh ketika mereka menganggap kesucian dan kebersihan sebagai
kejahatan yang harus disamakan. Mereka orang-orang yang sakit yang justru
menolak ubat dan memeranginya. Tindakan kaum Nabi Luth membuat had beliau
bersedih. Mereka melakukan kejahatan secara terang-terangan di tempat-tempat
mereka. Ketika mereka melihat seorang asing atau seorang musafir atau seorang
tamu yang memasuki kota, maka mereka menangkapnya. Mereka berkata kepada Nabi
Luth, "sambutlah tamu- tamu perempuan dan tinggalkanlah untuk kami kaum
lelaki." Mulailah perilaku mereka yang keji itu terkenal.
Nabi Luth memerangi mereka dalam jihad yang
besar. Nabi Luth mengemukakan argumentasi. Hari demi hari, bulan demi bulan,
dan tahun demi tahun berlalu, dan Nabi Luth terus berdakwah. Namun tak seorang
pun yang mengikutinya dan tiada yang beriman kepadanya kecuali keluarganya,
bahkan keluarganya pun tidak beriman semuanya. Isteri Nabi Luth kafir seperti
isteri Nabi Nuh:
"Allah
membuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang- orang kafir.
Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang soleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka
kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (seksa) Allah;
dan dikatakan (kepada keduanya): 'Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang
masuk neraka.'" (QS. at-Tahrim: 10)
Jika rumah adalah tempat istirahat yang di
dalamnya seseorang mendapatkan ketenangan, maka Nabi Luth terseksa, baik di
luar rumah mahupun di dalamnya. Kehidupan Nabi Luth dipenuhi dengan mata rantai
penderitaan yang keras namun beliau tetap sabar atas kaumnya. Berlalulah tahun
demi tahun tetapi tak seorang pun yang beriman kepadanya, bahkan mereka mulai
mengejek ajarannya dan mengatakan apa saja yang ingin mereka katakan:
"Datangkanlah
kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang- arang yang benar." (QS.
al-'Ankabut: 29)
Ketika terjadi hal tersebut, Nabi Luth berputus
asa kepada mereka dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya dan
menghancurkan orang- orang yang membuat kerosakan. Akhirnya, para malaikat
keluar dari tempat Nabi Ibrahim menuju desa Nabi Luth. Mereka sampai saat
Ashar. Mereka mencapai pagar-pagar Sudum. Sungai mengalir di tengah-tengah
tanah yang penuh dengan tanaman yang hijau.
Sementara itu, anak perempuan Nabi Luth
berdiri sedang memenuhi tempat airnya dari air sungai itu. Ia mengangkat
wajahnya sehingga menyaksikan mereka. Ia tampak kehairanan melihat kaum lelaki
yang memiliki ketampanan yang mengagumkan. Salah seorang malaikat bertanya
kepada anak kecil itu: "Wahai anak perempuan, apakah ada rumah di
sini?" Ia berkata (saat itu ia mengingat kaumnya), "Hendaklah kalian
tetap di situ sehingga aku memberitahu ayahku dan kemudian akan kembali pada
kalian." Ia meninggalkan wadah airnya di sisi sungai dan segera menuju
ayahnya.
"Ayahku, ada pemuda-pemuda yang ingin
menemuimu di pintu kota. Aku belum pernah melihat wajah-wajah seperti
mereka," kata anak itu dengan nada gugup. Nabi Luth berkata kepada dirinya
sendiri: Ini adalah hari yang dahsyat. Beliau segera berlari menuju
tamu-tamunya. Ketika Nabi Luth melihat mereka, beliau merasakan kehairanan yang
luar biasa. Beliau berkata: "Ini adalah hari yang dahsyat." Beliau
bertanya kepada mereka: "Dari mana mereka datang dan apa tujuan
mereka?" Mereka malah terdiam dan justru memintanya untuk menjamu
mereka." Nabi Luth tampak malu di hadapan mereka, kemudian beliau berjalan
di depan mereka sedikit lalu beliau berhenti sambil menoleh kepada mereka dan
berkata: "Saya belum mengetahui kaum yang lebih keji di muka bumi ini
selain penduduk negeri ini." Beliau mengatakan demikian dengan maksud agar
mereka mengurungkan niat mereka untuk bermalam di negerinya. Namun mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi
Luth dan mereka tidak memberikan komentar atasnya.
Nabi Luth kembali berjalan bersama mereka dan
beliau selalu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan tentang kaumnya. Nabi Luth
memberitahu mereka bahawa penduduk desanya sangat jahat dan menghinakan
tamu-tamu mereka. Di samping itu, mereka juga membuat kerosakan di muka bumi
dan seringkali terjadi pertentangan di dalam desanya. Pemberitahuan tersebut
dimaksudkan agar para tamunya membatalkan niat mereka untuk bermalam di desanya
tanpa harus melukai perasaan mereka dan tanpa menghilangkan penghormatan pada
tamu. Nabi Luth berusaha dan mengisyaratkan kepada mereka untuk melanjutkan
perjalanannya tanpa harus mampir di negerinya. Namun tamu-tamu itu sangat
menghairankan. Mereka tetap berjalan dalam keadaan diam. Ketika Nabi Luth
melihat tekad mereka untuk tetap bermalam di kota, beliau meminta kepada mereka
untuk tinggal di suatu kebun sehingga datang waktu Maghrib dan kegelapan
menyelimuti segala penjuru kota. Nabi Luth sangat bersedih dan dadanya menjadi
sempit. kerana rasa takutnya dan penderitaannya sehingga ia lupa untuk memberi
mereka makanan. Kegelapan mulai menyelimuti kota. Nabi Luth menemani tiga
tamunya itu berjalan menuju rumahnya. Tak seorang pun dari penduduk kota yang
melihat mereka. Namun isterinya melihat mereka sehingga ia keluar menuju
kaumnya dan memberitahu mereka kejadian yang dilihatnya. Kemudian tersebarlah
berita dengan begitu cepat dan selanjutnya kaum Nabi Luth menemuinya. Allah SWT
berfirman:
"Dan tatkala
datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan
merasa sempit dadanya kerana kedatangan mereka, dan dia berkata: 'Ini adalah
hari yang amat sulit.' Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergesa-gesa. Dan
sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji." (QS.
Hud: 77-78)
Mulailah terjadi hari yang sangat keras. Kaum
Nabi Luth bergegas menuju padanya. Nabi Luth bertanya pada dirinya sendiri:
"Siapa gerangan yang memberitahu mereka?" Kemudian ia menoleh ke
kanan dan ke kiri untuk mencari isterinya namun ia tidak menemuinya. Maka
bertambahlah kesedihan Nabi Luth.
Kaum Nabi Luth berdiri di depan pintu rumah.
Nabi Luth keluar kepada mereka dengan penuh harap, bagaimana seandainya mereka
diajak berfikir secara sehat? Bagaimana seandainya mereka diajak menggunakan
fitrah yang sehat? Bagaimana seandainya mereka tergugah dengan kecenderungan
yang sehat terhadap jenis lain yang Allah SWT ciptakan untuk mereka? Bukankah
di dalam rumah mereka terdapat kaum wanita? Seharusnya wanitalah yang menjadi
kecenderungan mereka, bukan malah mereka cenderung kepada sesama lelaki.
"Dia berkata:
'Hai kaumku, inilah puteri-puteri (negeriku) mereka lebih suci bagimu, maka
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap
tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal." (QS. Hud: 78)
"Inilah puteri-puteri (negeriku)."
Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Nabi Luth ingin berkata kepada
mereka: "Di hadapan kalian terdapat wanita-wanita di bumi. Mereka lebih
suci bagi kalian dalam bentuk kesucian jiwa dan fizik. Ketika kalian cenderung
kepada mereka, maka kecenderungan itu merupakan pelaksanaan dari fitrah yang
sehat." "Maka bertakwalah kalian kepada Allah." Nabi Luth
berusaha menjamah jiwa mereka dari sisi takwa setelah menjamahnya dari sisi
fitrah. Bertakwalah kepada Allah SWT dan ingatlah bahawa Allah SWT mendengar
dan melihat serta akan murka dan menyeksa orang-orang yang derhaka. Seharusnya
orang yang berakal sehat menghindari murka- Nya.
"Dan janganlah kalian mencemarkan namaku
terhadap tamuku ini." Ini adalah usaha gagal dari beliau yang mencuba
menggugah kemuliaan dan tradisi mereka sebagai orang Badwi yang harus
menghormati tamu, bukan malah menghinakannya. "Tidak adakah di antaramu
seorang yang berakal?" Tidakkah di antara kalian terdapat orang yang
mempunyai fikiran yang sehat? Tidakkah di antara kalian terdapat laki-laki yang
berakal? Apa yang kalian inginkan jika memang terwujud, maka itu hakikat
kegilaan. Akal adalah sarana yang tepat bagi kalian untuk mengetahui kebenaran.
Sesungguhnya perkara tersebut sangat jelas kebenarannya jika kalian
memperhatikan fitrah, agama, dan harga diri." Kaumnya menunggu hingga
beliau selesai dari nasihatnya yang singkat lalu mereka tertawa terbahak-bahak.
Kalimat Nabi Luth yang suci itu tidak mampu mengubah pendirian jiwa yang sakit,
hati yang beku, dan fikiran yang bodoh:
"Mereka
menjawab: 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahawa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang
sebenarnya kami kehendaki.'" (QS. Hud: 79)
Demikianlah tampak dengan jelas bahawa
kebenaran tersembunyi di balik pengkaburan, suatu hal yang diketahui oleh dunia
semuanya. Mereka tidak mengatakan kepadanya apa yang mereka inginkan kerana
dunia mengetahuinya dan selanjutnya ia juga mengetahui, yakni isyarat yang
buruk pada perbuatan yang buruk.
Nabi Luth merasakan kesedihan dan
kelemahannya di tengah-tengah kaumnya. Dengan marah Nabi Luth memasuki rumahnya
dan menutup pintu rumahnya. Ia berdiri mendengarkan tertawa dan celaan serta
pukulan terhadap pintu rumahnya. Sementara itu, orang-orang asing yang dijamu
oleh Nabi Luth tampak duduk dalam keadaan tenang dan terpaku. Nabi Luth
merasakan kehairanan dalam dirinya ketika melihat ketenangan mereka. Dan
pukulan-pukulan yang ditujukan pada pintu semakin kencang. Mulailah kayu-kayu
pintu itu tampak rosak dan lemah, lalu Nabi Luth berteriak dalam keadaan kesal:
"Luth
berkata: 'Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku
dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).'" (QS.
Hud: 80)
Nabi Luth berharap akan mendapatkan kekuatan
sehingga dapat melindungi para tamunya. Beliau mengharapkan seandainya terdapat
benteng yang kuat yang dapat melindunginya, yaitu benteng Allah SWT yang di
dalamnya para nabi dan kekasih-kekasih-Nya dilindungi. Berkenaan dengan hal
itu, Rasulullah berkata saat membaca ayat tersebut: "Allah SWT menurunkan
rahmat atas Nabi Luth. Ia berlindung pada benteng yang kukuh." Ketika
penderitaan mencapai puncaknya dan Nabi Luth mengucapkan kata-katanya yang
terbang laksana burung yang putus asa, para tamunya bergerak dan tiba-tiba
bangkit. Mereka memberitahunya bahawa ia benar-benar akan terlindung di bawah
benteng yang kuat:
"Para utusan
(malaikat) berkata: 'Hai Luth sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-sekali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu." (QS. Hud: 81)
Jangan berkeluh kesah wahai Luth dan jangan
takut. Kami adalah para malaikat, dan kaum itu tidak akan mampu menyentuhmu.
Tiba-tiba pintu terbelah. Jibril bangkit dan ia menunjuk dengan tangannya
secara cepat sehingga kaum itu kehilangan matanya. Lalu mereka tampak
serampangan di dalam dinding dan mereka keluar dari rumah dan mereka mengira bahawa
mereka memasukinya. Jibril as menghilangkan mata mereka.
Allah SWT berfirman:
"Dan
sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada
mereka), lalu kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan
ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang
kekal." (QS. al-Qamar: 37-38)
Para malaikat menoleh kepada Nabi Luth dan
memerintahkan kepadanya untuk membawa keluarganya di tengah malam dan keluar.
Mereka mendengar suara yang sangat mengerikan dan akan menggoncangkan gunung.
Seksa apa ini? Ini adalah seksa dari bentuk yang aneh. Para malaikat
memberitahunya bahawa isterinya termasuk orang-orang yang menentangnya.
isterinya adalah seorang kafir seperti mereka, sehingga jika turun azab kepada
mereka, maka ia pun akan menerimanya.
Keluarlah wahai Luth kerana keputusan Tuhanmu
telah ditetapkan. Nabi Luth bertanya kepada malaikat: "Apakah sekarang
akan turun azab kepada mereka?" Para malaikat memberitahunya bahawa mereka
akan terkena azab pada waktu Subuh. Bukankah waktu Subuh itu sangat dekat?
Allah berfirman SWT:
"Pergilah
dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah
ada seorang pun di antara kalian yang tertinggal, kecuali isterimu Sesungguhnya
dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka kerana sesungguhnya saat jatuhnya
azab kepada mereka adalah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?"
(QS. Hud: 81)
Nabi Luth keluar bersama anak-anak
perempuannya dan isterinya. Mereka keluar di waktu malam. Dan tibalah waktu Subuh.
Kemudian datanglah perintah Allah SWT:
"Maka tatkala
datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan seksaan itu tiadalah jauh
dari orang- orang yang lalim. " (QS. Hud: 82-83)
Para ulama berkata: "Jibril
menghancurkan dengan ujung sayapnya tujuh kota mereka. Jibril mengangkat
semuanya ke langit sehingga para malaikat mendengar suara ayam-ayam mereka dan
gonggongan anjing mereka. Jibril membalikkan tujuh kota itu dan menumpahkannya
ke bumi. Saat terjadi kehancuran, langit menghujani mereka dengan batu- batu
dari neraka Jahim. Yaitu batu-batu yang keras dan kuat yang datang silih
berganti. Neraka Jahim terus menghujani mereka sehingga kaum Nabi Luth musnah
semuanya. Tiada seorang pun di sana. Semua kota- kota hancur dan ditelan bumi
sehingga terpancarlah air dari bumi. Hancurlah kaum Nabi Luth dan hilanglah
kota-kota mereka. Nabi Luth mendengar suara-suara yang mengerikan. isterinya
melihat sumber suara dan dia pun musnah."
Allah SWT berfirman tentang kota-kota Luth:
"Lalu Kami
keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan
Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang
berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang
yang takut kepada seksa yang pedih. " (QS. adz-Dzariyat: 35-37)
"Dan
sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui
manusia)." (QS. al-Hijr: 76)
"Dan
sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas)
mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak
memikirkannya." (QS. ash-Shaffat: 137-138)
Yakni ia adalah bukti kekuasaan Allah SWT yang zahir. Para ulama berkata: "bahawa kota-kota yang tujuh
menjadi danau yang aneh di mana airnya asin dan deras airnya lebih besar dari
derasnya air laut yang asin. Dan di dalam danau ini terdapat batu-batu tarnbang yang mencair. Ini mengisyaratkan
bahawa batu-batu yang ditimpakan pada kaum Nabi Luth menyerupai butiran-butiran
api yang menyala. Ada yang mengatakan bahawa danau yang sekarang bernama
al-Bahrul Mayit yang terletak di Palestina adalah kota-kota kaum Nabi
Luth."
Tamatlah riwayat kaum Nabi Luth dari bumi.
Akhirnya, Nabi Luth menemui Nabi Ibrahim. Beliau menceritakan berita tentang
kaumnya. Beliau hairan ketika mendengar bahawa Nabi Ibrahim juga mengetahuinya.
Nabi Luth terus melanjutkan misi dakwahnya di jalan Allah s.w.t seperti Nabi
Ibrahim. Mereka berdua tetap menyebarkan Islam di muka bumi.
Kisah Nabi Luth Di
Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada
85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75
, surah "Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah
"Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al- Qamar" ayat 33
sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10 yang mengisahkan isteri
Nabi Luth yang mengkhianati suaminya.
demikian
kisah Nabi Luth AS semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar